Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.

Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.

Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.

Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :

1.Keanekaragaman gen (genetic diversity)

Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung

Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genoti
L = lingkungan

Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.

Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih, Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi variasi genetik dalam populasi yang sama, dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana, E. delegatensis, dan E. saligna.(2) Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya.(3)

Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gen-gen pada kumpulan tersebut.

Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitat-habitat yang ada, serta berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup.

Jumlah yang diperkirakan adalah terdapat kurang lebih 10,000,000,000 gen berbeda yang tersebar pada biota-biota di dunia, walaupun tidak semuanya memberikan kontribusi yang sama pada keragaman genetik.(4) Secara khusus, gen-gen yang mengontrol dasar proses biokimia dipertahankan secara kuat oleh berbagai kelompok spesies (atau taksa) dan umumnya memperlihatkan perbedaan yang kecil. Gen lain yang lebih terspesialisasi meperlihatkan tingkat variasi yang lebih besar.



2. Keanekaragaman jenis (species diversity)


Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspek-aspek keragaman spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman taksonomi atau filogenetik.(5)

Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu. Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada. Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui. Pengukuran keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering didunakan.(5), (6). Pendekatan lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau filogenetik, yang mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies. Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini pada umumnya ditampilkan dalam bentuk ‘pohon’ yang mengesampingkan pola percabangan agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait.

Pengukuran keragamamn taksonomi yang berbeda-beda berhubungan dengan bermacam-macamnya karakteristik taksa dan hubungan yang ada.(7), (8). Tingkat spesies pada umumnya dinilai sebagai yang paling sesuai untuk memperkirakan keragaman antara organisme. Hal ini disebabkan karena spesies merupakan fokus utama dari mekanisme evolusi sehingga terjabarkan dengan baik. Pada tingkat global, diperkirakan 1.7 juta spesies telah dijelaskan; saat ini diperkirakan jumlah total spesies yang ada berkisar antara lima juta hingga hampir mencapai 100 juta spesies.(9) Di Australia, dengan perkiraan jumlah total spesies lokal (kecuali bakteri dan virus) 475,000, kira-kira setengahnya telah diketahui, hanya seperempatnya telah dijelaskan secara formal.(10) Estimasi jumlah spesies ini diharapkan dapat meningkat melalui studi terhadap beberapa kelompok yang jarang diperhatikan; seperti mikroorganisme, fungi, nematoda, hama dan serangga.

Pada skala yang lebih besar keragaman spesies tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Satu pola yang paling jelas dalam penyebaran spesies di dunia adalah sebagian besar kekayaan spesies terpusat pada wilayah katulistiwa dan cenderung menurun ke arah kutub. Secara umum, terdapat lebih banyak spesies per unit area di wilayah tropis dibandingkan dengan wilayah sub-tropis dan lebih banyak spesies di wilayah sub-tropis dibandingkan wilayah di daerah kutub. Sebagai tambahan, keragaman di ekosistem darat pada umumnya berkurang sengan bertambahnya ketinggian. Faktor lain yang dipercaya mempengaruhi keragaman di darat adalah curah hujan dan tingkat nutrien. Pada ekosistem laut, kekayaan spesies cenderung terpusat pada lempeng benua, walaupun komunitas laut dalam juga cukup tinggi.

Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.
misalnya :
- variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.


3.Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity)

Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem, keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih sulit untuk menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman spesies atau genetik dikarenakan oleh ‘batasan’ dari komunitas (hubungan antar spesies) dan karena ekosistem lebih mudah berubah. Karena konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat diterapkan pada berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan sub-tropis atau terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada kondisi alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air dipertahankan.

Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan sederhananya klasifikasi habitat yang umum.

Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa .

Australia dengan wilayah-wilayahnya memetakan sejumlah besar lingkungan daratan dan perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro. Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji (contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat mikro.
Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi, keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfir.
misalnya :
ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis, ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas untuk ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada unta, kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada harimau.

Pada intinya, ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ketiganya dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai keanekaragaman hayati.


POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA

* Sekitar 12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui, urutan kedua di dunia
* 7,3 % (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat didunia
* 17 % (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan kelima
* 270 spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia
* 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar
* 35 spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik)
* 121 spesies kupu-kupu (44 % endemik)
* Keanekaragaman ikan air tawar 1400 (urutan ke 3)



Perkiraan manfaat ekosistem pesisir dan laut

* Nilai kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar (GEF/UNDP/IMO 1999)
* Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
* Nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999)
* Nilai ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16 juta (GEF/UNDP/IMO 1999)
* Nilai manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1 miliar (Dahuri 2002)
* Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wil tsb
* Ekosistem pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan Nusantara)
* Nilai jasa lingkungan :

- sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/thn
- pelindung pantai dari erosi (mangrove)


Permasalahan Keanekaragaman Hayati

Permasalahan utama adalah Penurunan Jumlah spesies. Awal tahun 1980, beberapa ahli di dunia mulai mengetahui bahwa spesies mulai mengalami kepunahan secara global. Kepunahan ini diketahui terjadi mulai dari 65 juta tahun yang lalu pada periode Cretaceous dimana banyak spesies termasuk Dinosaurus mulai punah. Krisis yang dihadapi saat ini merupakan hasil dari: Perubahan Klimat secara global, Perubahan Geologi secara alami, dan Kejadian katalistik.

Krisis saat ini merupakan akibat dari campur tangan manusia yang tidak bersahabat dengan alam. Tahun 80 an sampai 90an, ilmuwan, media, masyarakat, pemerintah di seluruh dunia mulai bekerja untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di daratan. Berbagai macam isu seperti pengrusakan hutan, pembangunan yang berlebih, explotasi yang berlebih, polusi, rusaknya habitat, invasi oleh spesies asing, menjadi fokus utama yang dibahas.Keanekaragaman hayati pesisir dan laut mulai menjadi perhatian pada tahun-tahun tersebut. Karena ekosistem di lautan memiliki lebih banyak spesies dibandingkan daratan. Diperkirakan 32 sampai 33 phyla hewan yang ditemukan di pesisir dan lautan. 15 phyla dari jumlah tersebut ditemukan hanya di estuari atau di lautan.

(sumber : www.google.com "keanekaragaman hayati" )

0 comments:

Posting Komentar